Jumat, 26 Desember 2014

Nama : Nanda Rizkita



Kasus

Pemberittan mengenai Ivan Gunawan sedang menjadi sorotan di semua media televise. Dari mulai kedekatannya dengan  Ayu ting-ting sampai sekarang  ia mulai mendekata Cita-citata. Berikut beritanya :
Ivan Gunawan tak lama lagi berumur 33 tahun. Usia yang cukup matang berumah tangga. Dan sepertinya Igun --sapaan Ivan Gunawan-- ingin segera mengakhiri masa lajangnya. Untuk itu, ia pun mulai mendekati beberapa wanita. Beberapa waktu lalu, Igun terlihat dekat dengan Ayu Ting Ting, bahkan ia pun memberikan cincin berlian kepada janda satu anak tersebut. Sayangnya, cinta Igun harus kandas, lantaran Ayu Ting Ting tak merespon perhatian Igun. Igun pun tak putus asa. Desainer ternama ini, lagi-lagi mengejar penyanyi dangdut. Dan kali ini Igun mendekati Cita Citata. Hal itu pun tak dipungkirinya. Igun pun sudah siap mengungkapkan isi hatinya kepada pelantun Sakitnya Tuh Disini. "Sudah dong (menembak Cita Citata). Dia kan lagi nggak punya pacar, semoga cepat punya pacar  ya," ungkap Ivan Gunawan.  Meski begitu, Igun enggan menyatakan kalau dirinya tengah berpacaran dengan Cita Citata”.
Dari pemberitaan di atas, saya akan membahas kasus tersebut dari teori David C. McClelland teori mengenai motivasi atau kebutuhan manusia selama ini mungkin yang lebih kita kenal adalah teori dari Abraham Maslow dengan hierarki kebutuhannya. Tapi, sebenarnya ada banyak para ahli dengan pendapat mereka masing-masing tentang teori motivasi, termasuk David McClelland. Menurut Mclelland, ada tiga hal yang melatar belakangi motivasi seseorang.

Teori
1.     The Need for Achievement (n-ach) – Kebutuhan akan Prestasi / Pencapaian
Kebutuhan akan prestasi adalah kebutuhan seseorang untuk memiliki pencapaian signifikan, menguasai berbagai keahlian, atau memiliki standar yang tinggi. Orang yang memiliki n-ach tinggi biasanya selalu ingin menghadapi tantangan baru dan mencari tingkat kebebasan yang tinggi. Sebab-sebab seseorang memiliki n-ach yang tinggi di antaranya adalah pujian dan imbalan akan kesuksesan yang dicapai, perasaan positif yang timbul dari prestasi, dan keinginan untuk menghadapi tantangan. Tentunya imbalan yang paling memuaskan bagi mereka adalah pengakuan dari masyarakat.

2.     The Need for Authority and Power (n-pow) – Kebutuhan akan Kekuasaan
Kebutuhan ini didasari oleh keinginan seseorang untuk mengatur atau memimpin orang lain. Menurut Mclelland, ada dua jenis kebutuhan akan kekuasaan, yaitu pribadi dan sosial. Contoh dari kekuasaan pribadi adalah seorang pemimpin perusahaan yang mencari posisi lebih tinggi agar bisa mengatur orang lain dan mengarahkan ke mana perusahaannya akan bergerak. Sedangkan kekuasaan sosial adalah kekuasaan yang misalnya dimiliki oleh pemimpin seperti Jokowi Widodo, yang memiliki kekuasaan dan menggunakan kekuasaannya tersebut untuk kepentingan sosial, seperti misalnya perdamaian.

3.     The Need for Affiliation (n-affil) – Kebutuhan akan Afiliasi / Keanggotaan
Kebutuhan ini adalah kebutuhan yang didasari oleh keinginan untuk mendapatkan atau menjalankan hubungan yang baik dengan orang lain. Orang merasa ingin disukai dan diterima oleh sesamanya. McClelland mengatakan bahwa kebutuhan yang kuat akan afiliasi akan mencampuri objektifitas seseorang. Sebab, jika ia merasa ingin disukai, maka ia akan melakukan apapun agar orang lain suka akan keputusannya. Sedangkan, sebab-sebab n-affil dari seseorang bisa bermacam-macam.

                                                Kesimpulan

Dengan demikian, jika dilihat dari kasusnya Ivan Gunawan bahwa Ivan Gunawan berada pada kebutuhan Need for Affiliation yaitu kebutuhan untuk mendapatkan atau menjalakan hubungan baik dengan orang lain, orang merasa ingin disukai dan diterima orang lain. Seperti kasus Ivan Gunawan yang ingin menjalin hubungan dengan Cita-citata. Sebelum ia ingin menjalin hubungan dengan Cita-citata, Ivan juga pernah ingin menjalin hubungan dengan Ayu ting-ting namun Ayu tidak terlalu menanggapi. Sekarang Ivan kembali ingin menjalin hubungan dengan orang lain yaitu Cita-citata yang direspon baik oleh Cita-citata.




Senin, 23 Juni 2014

TESTIMONI PERKULIAHAN ANDRAGOGI


               Mata kuliah andragogi sangat menyenangkan, karena kita dituntut untuk belajar sendiri dan berpikir kritis. Banyak hal yang saya dapatkan di kelas andragogi. Banyak hal yang saya dan temen-temen saya dapatkan dikelas andragogi. Tapi ada hal dari kami yang membuat dosen kecewa, yaitu kurangnya minat kami dalam membaca buku atau materi sebelum perkuliahan dimulai. Sehingga membuat dosen kecewa kepada kami.  Selain kami tidak mau membaca buku sebelum perkuliahan dimulai, kami juga kurang menunjukkan keaktifan kami dalam berpartisipasi dalam menjawab pertanyaan dari dosen, dan ini juga faktor yang membuat dosen marah maupun kecewa kepada kami. Karena kami tidak bersikap dewasa pada mata kuliah ini. Saya pribadi menyadari kekurangan dan kesalahan saya di mata kuliah ini, dan saya berharap akan menjadi lebih baik dimata kuliah lainnya. Dan akan memperbaiki diri saya dan bertanggung jawab atas tugas yang diberikan.

Mata kuliah andragogi menawarkan materi-materi yang menarik menurut saya. Pendidikan orang dewasa memberikan saya pemahaman bagaimana seharusnya orang dewasa dalam belajar. Kami dikasih kesempatan untuk performa kelompok, ada kelompok diskusi, karyawisata, pelatihan dan demonstrasi. Ke empat performa yang ditampilkan oleh temen-temen sangat menarik dan memberikan pengalaman yang menyenangkan. Oleh karena itu saya sangat berterimakasih kepada dosen mata kuliah andragogi yag telah membimbing kami semua sampai diakhir perkuliahan, dan temen-teman semua yang sudah membantu dalam proses belajar , walaupun saya sadari masih banyak kekurangan dari saya. Semoga kami yang mengambil mata kuliah ini bias lebih dewasa dalam belajar di mata kuliah lainnya.

HASIL DARI KELOMPOK DISKUSI MENGENAI KEKERASAN SEKSUAL PADA ANAK


KELOMPOK :
NANDA RIZKITA br MILALA                     12-025
MUTHIA AUDINA YANUAR                       12-029
ARIFAH RAKA TASYA                                12-052
KURNIA BOBY SAFAROV                          12-054
DENNY WAHYUDI                                      12-050
IBRAHIM AZHARI                                        12-079
           
                                                       FAKULTAS PSIKOLOGI
                                             UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

          Kasus kekerasan seksual terhadap anak di Indonesia terus memperihatinkan, setelah terungkapnya sejumlah kasus di berbagai tempat, termasuk terakhir kasus pedofilia dengan jumlah korban mencapai ratusan anak. Sebelumnya, kasus lain yang menyedot perhatian publik terjadi di Jakarta International School (JIS), dimana pelakunya adalah petugas kebersihan di lingkungan sekolah. Menurut Arist Merdeka Sirait, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), jumlah kasus kekerasan seksual pada anak meningkat dari tahun ke tahun. Jika pada tahun 2012 jumlahnya 124 kasus, tahun lalu mencapai 1,937 kasus. “Untuk tahun ini sudah mencapai 200 kasus dengan jumlah korban hampir hampir 300 anak”.  “Kami menetapkan status darurat perlindungan anak serta menganggap masalah ini sebagai bencana nasional”.
          Parahnya, kasus di Indonesia mayoritas terjadi di lingkungan yang seharusnya nyaman bagi anak, yaitu di sekolah dan lingkungan sekitar rumah. “Pelakunya juga orang-orang dekat. Padahal mereka yang seharusnya memberi perlindungan. Ini sudah keterlaluan”. Ia menegaskan, meningkatnya jumlah kasus terjadi karena lemahnya perlindungan hukum bagi anak, terutama terkait rendahnya hukuman bagi pelaku, dimana saat ini berdasarkan UU Perlindungan Anak, hukuman hanya berkisar antara 3-5 tahun. “Ini membuat Indonesia menjadi salah satu surga para pedofil. Harusnya hukuman minimal 20 tahun”, katanya.
          Seto Mulyadi, psiolog anak mengatakan, anak-anak korban kekerasan seksual harus mendapat perhatian serius baik dari keluarga maupun dari pemerintah, tidak saja untuk memulihkan kondisi traumatik tetapi juga agar mereka tidak berubah menjadi pelaku di kemudian hari. “Potensi pedofilia muncul pada korban itu bisa terjadi selama korban tidak mendapatkan penanganan yang tepat,” katanya.
Karena itu, penting bagi pihak keluarga untuk memperhatikan secara seksama nasib korban pedofilia secepatnya. “Anak-anak harus mendapatlan diagnosis psikologis atau terapi professional”. Ia menambahkan, sejumlah kejadian ini harus membuat semua pihak memikirkan pendidikan seks usia dini pada anak.  “Usia idela adalah 2,5 tahun, dimana anak-anak mulai memegang organ intimnya. Jadi, orang tua dapat memperkenalkan tentang kesehatan reproduksi pada usia tersebut,” ujarnya.
Anak-anak, perlu dilatih soal bagaimana menjaga kesehatan organ intim serta mengajarkan mereka untuk menjaga keamanan organ intim, misalnya menolak apabila orang lain ingin memegang. “Mereka harus jadi garda terdepan untuk melindungi diri mereka sendiri. Anak juga perlu diajarkan berteriak dan melapor kepada orang tua, apabila ada yang ingin meraba organ intimnya. Hal ini akan dilakukan anak hingga mereka dewasa,” .
            Berdasarkan fakta dan penjelasan diatas kita sudah pasti merinding mendengar hal seperti itu terjadi dikalangan anak-anak yang seharusnya mereka mendapatkan kasih saying dari lingkungan sekitarnya, bukannya mendapatkan luka psikologis yang akan terus membekas didalam dirinya. Maka kelompok kami mencoba membahas hal ini kembali dengan berdiskusi kepada temen-teman sekalian, kami memiliki tujuan dalam diskusi ini yaitu, bagaimana cara untuk menyadarkan orang sekitar untuk sadar akan masalah yang ada, dan mencari solusi yang tepat untuk pencegahan kekerasan seksual pada anak. Karena faktanya orang tua, dan lingkungan sekitar kurang menyadari yang namanya pendidikan seksual dini kepada anak. Karena mereka menganggap hal tersebut tabu untuk dibicarakan oleh anak yang belum cukup umur.
            Oleh karena itu, kami kelompok diskusi ingin sekali memberikan sedikit solusi yang mudah-mudahan akan membawa kebaikan dan pengurangan terhadap kekerasan seksual pada anak-anak. Dari hasil diskusi kelompok yang kami tangkap kemarin dari para peserta maka ada beberapa pendapat dari pada peserta yaitu :
·       Pentingnya pendidikan seksual sejak dini terutama orang tua
·       Hukum yang perlu ditegakkan
·       Keluarga dan pihak sekolah dapat bekerja sama dalam kesejahteraan anak-anak
·       Lingkungan ( letak WC ataupun kelas tidak saling berjauhan jaraknya, atau tempat yang terlalu sepi) untuk menghindari anak-anak pergi sendirian ke tempat yang sepi
·       Perlunya selectif dalam memilih karyawan yang bekerja di area sekolah

Itulah beberapa pendapat yang diajukan peserta saat diskusi berlangsung. Jadi memang semua pihak harus ikut memperhatikan kesejahteraan anak , baik pihak sekolah, pihak pemerintah, orang tua, dan lingkungan harus saling ikut serta. Tidak bias hanya orang tua saja, ataupun pihak sekolah saja. Nah, untuk itu ayo kita jaga penerus bangsa, dengan cara luangkan waktu untuk berkomunikasi pada anak. Tanyakan apa saja kegiatan yang dilakukannya di luar saat anak tidak bersama orang tuanya, jika tingkah anak mulai berbeda ajaklah anak untuk mau bercerita apa yang terjadi pada dirinya. Kalau bukan orang tua siapa lagi yang dipercaya anak. 

Rabu, 16 April 2014

Tugas kelompok Diskusi

1Nama kelompok : 
   Kurnia Boby Safarov  (ketua)     12-054
   Nanda Rizkita br Milala              12-025
   Muthia Audina                            12-029
   Denny Wahyudi                          12-050
   Arifah Rakatasya Siregar             12-052 
   Ibrahim Azhari                            12-079
n
   Pengertian Diskusi
Morgan., et al (1976) menyatakan bahwa diskusi kelompok yang ideal adalah berpartipasinya sekelompok orang dalam diskusi suatu subjek atau masalah yang memerlukan informasi atau tindakan lebih lanjut. Sementara, menurut Kang & Song (1984) mendefinisikan sidkusi kelompok sebagai pertemuan atau percakapan antara dua orang atau lebih yang membahas topik tertentu yang menjadi pusat perhatian bersama. Ada ciri-ciri kelompok menurut Kang & Song, yaitu:
·       Adanya interaksi antara anggota
·       Ada kepemimpinan
·       Ada tujuan yang akan dicapai
·       Ada norma yang diikuti
·       Melibatkan emosi

2.     Manfaat Diskusi
Mengapa kelompok ini memilih diskusi karena manfaat diskusi kelompok pada pendidikan orang dewasa adalah:
a)     Diskusi memberi kesempatan kepada setiap peserta untuk menyampaikan pendapatnya, mendorong setiap individu untuk berpikir dan mengambil keputusan.
b)     Belajar sambil bekerja, yaitu mereka yang aktif secara fisik dan mental dalam diskusi.
c)     Diskusi cenderung menbuat peserta lebih toleran dan berwawasan luas.
d)     Diskusi mendorong seseorang untuk mendengarkan dengan baik.
e)     Menberikan alat pemersatu fakta dan pendapat peserta diskusi sehingga kesimpulan dapat diambil.
f)      Melalui metode diskusi peserta dapat proses pembelajaran, misalnya pemimpin dapat berlatih.




3.     Tujuan Diskusi
Tujuan diskusi yang akan diselenggarakan adalah
a)     Sebagai sarana untuk bertukar pendapat tentang suatu masalah.
b)     Diskusi digunakan untuk mendorong agar oang sadar kan adanya masalah.
c)     Membantu dalam mengidentifikasi masalah, membantu dalam pemecahan masalah.
d)     Memberikan kesempatan untuk merencanakan program aksi.

4.     Metode Khusus
Metode khusus yang digunakan adalah brainstorming (curah pendapat), yaitu salah satu bentuk berpikir kreatif sehingga pertimbangan memberikan jalan untuk berinisiatif kratif.
Alasan mengapa memilih teknik brainstorming (curah pendapat) yakni agara paa peserta aktif dalam mencurahkan semua ide yang timbul dari pemikirannya berdasarkan topik yang diusung, teknik ini paling efektif dalam kelompok yang kecil, tidal lebih dari 12-15 orang saja.
Struktur teknik brainstorming (curah pendapat), yaitu:
1.     Sesi pertama, menampung sebanyak mungkin ide-ide atas topik yang ditawarkan.
2.     Sesi kedua, dilakukan penilaian atau evaluasi terhadap ide-ide yang sudah disampaikan.

5.     Tim Kepemimpinan
a)     Pimpinan diskusi          : Kurnia Boby Safarov           (121301054)
                                     Ibrahim Azhari                      (121301079)
b)     Pengamat proses         : Nanda Rizkita                       (121301025)
                                     Arifah Rakatasya Siregar      (121301052)
c)     Notulen                       : Muthia Audina                     (121301029)
d)     Narasumber                : Denny Wahyudi                   (121301050)
                                     



6.     Topik atau Isu
Topik atau Isu yang akan dibahas adalah “Kekerasan Seksual pada Anak”. Isu tersebut akan dibahas dari sisi Psikologi, yakni: bagaimana tugas perkembangan yang menjadi korban pelecehan, apa yang menyebabkan pelaku melakukan perbuatan kekerasan seksual anak (faktor-faktor, situasional).
Berikut adalah kronologi kasus yang akan kelompok diskusi angkat menjadi topik diskusi:
Dewasa ini, seperti yang kita tahu banyak kasus kriminal terhadap anak-anak, salah satunya adalah pelecehan seksual. Salah satunya, kasus pelecehan seksual terhadap bocah TK di sebuah sekolah internasional di Jakarta Selatan menjadi perhatian serius Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Seorang anak laki-laki berumur lima tahun menjadi korban kekerasan seksual di toilet sekolahnya. Dimana pelakunya merupakan karyawan kontrak di sekolah tersebut. Menurut pengakuan korban, pelaku berjumlah lima orang. Ibu korban berinisial T (40) mengatakan dirinya mencium adanya kejanggalan terhadap perilaku anaknya tersebut yakni pada pertengahan Maret 2014.

“Anak saya jadi sering ketakukan, mengigau dan berteriak saat tidur. Saya sempat frustrasi, dia tidak mau bicara soal perubahan itu. Anak saya juga tidak mau sekolah,” ujar T di Jakarta, Senin (14/4/2014).

Hingga pada akhirnya pada 20 Maret 2014, T menemukan luka memar di perut sebelah kanan anaknya. T pun menanyakan perihal luka itu pada sang anak. Dan anaknya mengakui menjadi korban kekerasan di toiletnya.

“Anak saya akhirnya bilang dia mendapat tindakan kekerasan seksual di kamar mandi sekolah. Dan dia dipukuli sebelum mendapatkan pelecehan seksual melalui anusnya. Akhirnya pada 24 Maret 2014 saya lapor ke Polda Metro," tutur T.

Kata Erlinda, pihak sekolah mengaku lalai dalam merekrut outsourcing. Sekolah kurang selektif dalam memilih pekerja, meski pun sudah melakukannya melalui prosedur yang berlaku.
“Mereka beralasan ini akibat salah memih outsourcing. Padahal mereka mengklaim sudah lakukan SOP (Standar Operasional Prosedur) dalam merekrut pekerja outsourcing,” ujar Erlinda saat dihubungi Liputan6.com di Jakarta, Rabu (16/4/2014).
Dia menjelaskan, KPAI sudah meminta kepada pihak sekolah untuk bertemu dengan orangtua korban. Namun pihak sekolah belum mengizinkan. KPAI diminta sekolah membawa surat resmi jika ingin berbicara dengan orangtua korban.
7.     Alat Bantu Audio Visual

·       Film pendek/video singkat
      Pada saat pelaksanaan diskusi akan menampilkan sebuah film pendek ataupun video singkat berkaitan tentang topik diskusi. Mengapa kelompok diskusi memilih alat bantu berupa film/video dalam menunjang pembelajaran diskusi, tidak lain karena seyogiyanya alat bantu harus dapat mengajarkan sesuatu, bukan hanya menampilkan sesuatu. Kemudian, kelompok diskusi berasumsi bahwa film/video akan dapat menarik perhatian para peserta diskusi, dapat menayangkan peristiwa/acara yg telah terjadi, bisa menganalisa tindakan atai pertumbuhan tertentu, dapat menimbulkan emosi; baik postif maupun negatif, dan dapat digunakan untuk menggambarkan tindakan secara jelas dan cermat. Menurut Suprijanto di dalam Pendidikan Orang Dewasa juga dujelaskan bahwa alat bantu berupa film kurnag efektif jika diberikan tersendiri, maka dari itu haris digunakan bersama dengan metode lain setelay penayangan film selesai. Penjelasan ini semakin merperkuat kelompok dalam memilih film/video sebagai alat bantu, metode diskusi sangat bermanfaat dilakukan setelah penayangan sebuah film/video. Film/video tersebut menjadi stimulus untuk para peserta dalam memberikan pendapat atau ide sehingga didapatkan hasil output yang maksimal pada saat forum diskusi berlangsung.
·       Slide/LCD Projection Panel
      Digunakan sebagai untuk menampilkan tema diskusi serta poin-poin penting apa yang harus didiskusikan. Kelebihan dari Slide/LCD Projection Panel adalah penampilannya dapat berwarna, dapat diprogram urutan belakang, layout, transisi, dan animasinya.
·       Proyektor
Alat bantu yang digunakan untuk menampilkan slide/LCD projection panel.

·       Papan tulis
Digunakan sebagai alat untuk menuliskan jalannya diskusi yang sedang berlangsung, umumnya garis besarnya saja, misalnya ide-ide yang telah disampaikan, tahap-tahap menuju pemecahan masalah, kesimpulan diskusi.

Sumber:
Suprijanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa. Jakarta: PT Bumi Aksara





Senin, 14 April 2014

Teknik dan Metode Pembelajaran Orang Dewasa

Penjabaran rancangan belajar ke dalam urutan kegiatan belajar memerlukan adanya pengambilan keputusan mengenai teknik dan bahan belajar apa yang paling bermanfaat digunakan untuk mencapai tujuan pembelajarn. Dan selanjutnya menentukan strategi pembelajaran dengan mengikutsertakan peserta. Posisi pelatih dalam proses ini hanyalah sebagai pemberi saran dan sebagai narasumber.  Ada beberapa teknik atau metode yang dapat digunakan untuk membantu orang dewasa belajar, antara lain:
1.Presentasi. Teknik ini meliputi antara lain: ceramah, debat, dialog, wawancara, panel, demonstrasi, film, slide, pameran, darmawisata, dan membaca.
2.Teknik Partisipasi peserta. Teknik ini meliputi antara lain: tanyajawab, permainan peran, kelompok pendengar panel reaksi, dn panel yang diperluas.
3.Teknik Diskusi. Teknik ini terdidi atas diskusi terpimpin, diskusi yang bersumberkan dari buku, diskusi pemecahan masalah, dan diskusi kasus.
4.Teknik Simulasi. Teknik ini terdiri atas: permainan peran, proses insiden kritis, metode kasus, dan permainan.
Implikasi dalam Pembelajaran Orang Dewasa
Dari asumsi-asumsi yang telah dikemukakan di atas, dapat dikemukakan bahwa ketiga pendapat tersebut di atas memiliki kesamaan di dalam memandang pebelajar, baik dalam pembelajaran pedagogi maupun andragogi terutama dalam konsep diri, pengalaman, kesiapan untuk belajar, dan orientasi belajar. Oleh karena itu dapat dikemukakan bahwa dalam pembelajaran orang dewasa perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:

·       Iklim belajar perlu diciptakan sesuai dengan keadaan orang dewasa. Baik ruangan yang digunakan maupun peralatan (kursi, meja, dan sebagainya) diatur sesuai dengan selera orang dewasa agar dapat memberi kenyamanan bagi mereka.
·       Peserta diikutsertakan dalam mendiagnosa kebutuhan belajarnya. Mereka akan merasa terlibat dan termotivasi untuk belajar apabila apa yang akan dipelajarinya itu sesuai dengan kebutuhan yang ingin dipelajari.
·       Peserta dilibatkan dalam proses perencanaan belajarnya. Dalam perencanaan ini fasilitator lebih banyak berfungsi sebagai pembimbing dan manusia sumber.
·       Dalam proses belajar-mengajar merupakan tanggungjawab bersama antara pelatih/failitator dan peserta. Kedudukan pelatih/fasilitator lebih banyak berperan sebagai manusia sumber, pembimbing, dan katalist dari pada sebagai guru.
·       Evaluasi belajar lebih menekankan pada cara evaluasi diri sendiri dalam mengetahui kemajuan belajar peserta.
·       Karena orang dewasa merupakan sumber belajar yang lebih kaya dibandingkan anak-anak, maka proses belajarnya lebih ditekankan kepada teknik yang sifatnya menyadap pengalaman mereka seperti: kelompok diskusi, metode kasus, simulasi, permainan peran, latihan praktek, demonstrasi, bimbingan konsultasi, seminar, dan sebagainya.
·       Penekanan dalam proses belajar bagi orang dewasa adalah pada aplikasi praktis dan atas dasar pengalaman mereka.
·       Urutan kurikulum dalam proses belajar orang dewasa disusun berdasarkan tugas perkembangannya dan bukan atas dasar urutan logik mata pelajaran atau kebutuhan kelembagaan.
·       Adanya konsep mengenai tugas-tugas perkembangan pada orang dewasa akan memberi petunjuk dalam belajar secara kelompok
·       Pendidik orang dewasa tidak boleh berperan sebagai seorang guru yang mengajarkan mata pelajaran tertentu, tetapi ia berperan sebagai pemberi bantuan kepada orang yang belajar.
·       Kurikulum dalam pendidikan untuk orang dewasa tidak berorientasi kepada mata pelajaran tertentu, tetapi berorientasi kepada masalah.
·       Oleh karena orang dewasa dalam belajar berorientasi kepada masalah, maka pengalaman belajar yang dirancang berdasarkan pula pada masalah atau perhatian yang ada dalam benak mereka.

Berikut bebrapa penjelasan mengenai metode dan teknik dalam pembeljaran orang dewasa. Yang mana yang akan temen-temen gunakan sebagai alat pembeajaran, semoga bermanfaat.